Friday, April 27, 2012

ciri orang berguna

Setelah memperhatikan dan menelaah beberapa
orang negatif yang aku kenal, berikut adalah
beberapa sifat dan sikap yang ada pada mereka:
Selalu mencela
Tidak menghargai orang lain. Ada berita baik
seorang teman bukannya ikut senang malah
mencela. Mencela dengan berbagai cara, lewat
mulut atau menulis comment-comment tak pantas
di Facebook. Bahkan saat menonton infotainment
(berita selebritis) pun mencela artis-artisnya!
Orang ini tidak berkaca pada dirinya sendiri.
Selalu mengeluh
Apapun akan dijadikan keluhan. Orang ini tidak
pernah bersyukur dengan hidupnya. Dia
mengeluh capek bekerja padahal masih untung
dia punya pekerjaan. Dia mengeluh capek naik
bus, padahal tidak ada uang untuk naik taxi. Dia
mengeluh kamar kost jelek padahal tinggal di kost
murah.
Iri dengan keberhasilan orang lain
Tidak senang melihat orang lain sukses. Misalnya
dia akan berkata: “Ya tentu aja, bapaknya kan
kaya!” atau “Ah dia pasti diterima karena nyogok!”
Dia tidak pernah melihat jerih payah atau usaha
orang dalam mencapai keberhasilan.
Tidak dapat dipercaya
Biasanya orang ini mengatakan hal yang berbeda
pada tiap orang. Dengan teman yang satu bilang
ini lalu dengan teman yang lain bilang itu. Sering
menjelek-jelekan seseorang kepada orang lain.
Tidak setia dan egois
Hanya memikirkan diri sendiri. Maunya
didengarkan tetapi tidak mau mendengarkan.
Saat kita senang dia akan menjadi sahabat baik
tetapi saat kita susah dia akan menghilang, entah
sibuk dengan apa… atau mungkin mendekati
teman yang lain.
Tidak tulus dan tidak berterima kasih
Sering mengungkit-ungkit jasanya pada orang lain
tetapi tidak pernah ingat pertolongan orang
padanya. Senang memberikan pengumuman pada
semua orang, “Dulu dia kan gue yang tolongin…”
atau “Gue tuh yang bantuin dia!” Bla bla bla…
seolah-olah dia adalah dewa penolong!
Tidak konsisten
Menjelekan seseorang habis-habisan tetapi pada
saat butuh dia akan mendekati orang itu lagi. Dia
tidak segan untuk menjilat ludahnya sendiri.
Berprilaku kasar
Sering melontarkan kata-kata kasar dari mulutnya.
Tak segan menyebut nama-nama anggota kebun
binatang. Tidak punya tata karma, seperti orang
tak berpendidikan.
Malas dan tidak mau belajar
Orang ini sering kali melakukan kesalahan yang
sama karena tidak mau belajar dari pengalaman
hidupnya sendiri di masa lalu. Bahkan belajar
untuk masa depan dia pun malas, hingga gaptek
dan tidak berpengetahuan!
Merasa dirinya penting
Sering meminta ditemani ke sana-kesini. Senang
mengganggu orang dengan miss called dan SMS
tidak penting dengan harapan agar ditelepon!
Huh! Siapa lo??
Hati-hati dengan orang negatif karena tanpa
disadari mereka dapat mempengaruhi mental kita.
Pola pikir kita dapat mengikuti cara berfikirnya.
Kita tidak akan berkembang jika hanya
mendengarkan keluhan dan tidak dapat melihat
hal-hal positif di sekitar kita.
Daripada membuang waktu menghadapi mereka
lebih baik hindari saja orang-orang negatif seperti
ini. Tak ada manfaat yang bisa diambil dengan
bergaul dengan orang-orang tipe ini. Bahkan
mungkin kita bisa ikut dijauhi orang-orang karena
mereka pikir kita setipe dengannya! Parah! :(

Kualitas diri seseorang bisa diukur dari
kemampuannya menjaga lidah. Orang-orang
beriman tentu akan berhati-hati dalam
menggunakan lidahnya. “Wahai orang-orang
beriman takutlah kalian pada Allah dan
berkatalah dengan kata-kata yang benar.” (QS Al-
Ahzab:70). Sementara itu, Rasulullah saw
bersabda, “Siapa yang beriman pada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau
diam”. (HR Bukhari-Muslim).Nabi Muhammad saw
termasuk orang yang sangat jarang berbicara.
Namun, sekalinya berbicara, isi pembicaraannya
bisa dipastikan kebenarannya. Bobot ucapan
Rasulullah sangat tinggi, seolah tiap kata yang
terucap adalah butir-butir mutiara yang
cemerlang. Indah, berharga, bermutu, dan
monumental. Ucapan Rasulullah saw menembus
hati, menggugah kesadaran, menghujam dalam
jiwa, dan mengubah perilaku orang (atas izin
Allah). Bukan saja karena lisan Rasulullah
dibimbing Allah dan posisinya sebagai penyampai
wahyu, di mana ucapan-ucapan darinya menjadi
dasar hukum. Lebih dari itu, Rasulullah sejak kecil
sudah dikenal sebagai Al-Amin, tidak pernah
berkata dusta walau sekali saja. Investasi moral ini
tentu sangat mempengaruhi kualitas ucapannya.
Dalam sebuah kitab ada keterangan
menarik. Disebutkan ada empat jenis
manusia diukur dari kualitas
pembicaraannya :
1. orang yang berkualitas tinggi. Kalau dia
berbicara, isinya sarat dengan hikmah, ide,
gagasan, solusi, ilmu, dzikir, dan
sebagainya . Orang seperti ini pembicaraannya
bermanfaat bagi dirinya sendiri, juga bagi orang
lain yang mendengarkan. Jika dia diajak berbicara
sekalipun ngobrol, ujungnya adalah manfaat.
Ketika disodorkan padanya keluhan tentang
krisis, dengan tangkas dia menjawab, “Krisis
adalah peluang bagi kita untuk mengevaluasi
kekurangan yang ada. Dengan krisis, siapa tahu
kita akan lebih kreatif? Kita bisa mencari celah-
celah peluang inovasi. Pokoknya jangan putus
asa, semangat terus!” Siapa saja yang biasa
berbicara tentang solusi, gagasan, hikmah, dan
hal-hal serupa itu, insya Allah dia adalah manusia
yang berkualitas.
2. Orang yang biasa-biasa saja. Ciri orang
seperti ini adalah selalu sibuk menceritakan
peristiwa. Melihat ada kereta api terguling,
dia berkomentar ribut sekali. Seolah dirinya
yang kelindes kereta. Ketika bertemu seorang
artis, terus dicerita-ceritakan tiada henti.
Pokoknya ada apa saja dikomentari. Dia seperti
juru bicara yang wajib berkomentar kapan pun
ada peristiwa. Tidak peduli peristiwa layak dia
komentari atau tidak.
Ini tipe manusia tukang cerita peristiwa. Prinsip
yang dia pegang: “Pokoknya bunyi!” Tidak ada
masalah dengan peristiwa. Jika melalui itu semua
kita bisa memungut hikmah yang sebaik-baiknya,
insya Allah peristiwa bermanfaat. Namun, jika dari
peristiwa-peristiwa itu tidak ada yang dituju
kecuali menunggu sampai mulut lelah sendiri, ini
tentu kesia-siaan.
3. Orang Rendahan. Cirinya kalau berbicara
isinya hanya mengeluh, mencela, atau
menghina. Apa saja bisa jadi bahan
keluhan. “Aduuuh ini pinggang, kenapa jadi
sakit begini. Hari ini kayak-nya banyak masalah,
nih!” Ketika kepadanya disodorkan makanan,
jurus keluhannya segera berhamburan. “Makanan
kok dingin begini? Coba kalau ada sambel, tentu
lebih nikmat. Aduuuh, kerupuk ini, kenapa kecil-
kecil begini?” Terus saja makanan dikeluhkan,
walau kenyataannya semua akhirnya habis juga.
Mengeluh dan mencela, itu hari-hari orang
rendahan. Seolah tiada hari berlalu tanpa keluh-
kesah. Ketika turun hujan, hujan segera dicaci.
“Ohh, hujan melulu, di mana-mana becek.
Jemuran nggak kering-kering.” Ketika di jalanan
macet, mengeluh. Ketika ada lampu merah,
mengeluh. Ketika ada polisi, mengeluh. Ketika
ada orang meminta-minta, mengeluh. Dan
seterusnya. Seolah tiada hari berlalu tanpa keluh-
kesah. Alangkah menderita hidup orang yang
dipenjara oleh keluh-kesah. Dia tidak bisa
membedakan mana nikmat dan mana musibah.
Seluruh lembar hidupnya dimaknai sebagai
kesusahan, sehingga layak dikeluhkan.
4. Orang yang Dangkal. Adalah mereka
yang semua pembicaraannya tidak keluar
dari menyebut-nyebut kehebatan dirinya,
jasa-jasanya, kebaikan-
kebaikannya. Padahal hidup ini adalah
pengabdian untuk Allah. Mengapa harus kita
membanggakan apa yang Allah titipkan pada
kita?
Ada orang pakai cincin segera berkomentar, “Oh,
itu sih mirip cincin saya.” Ada orang beli mobil
baru, “Nah, ini seperti yang di garasi saya itu.”
Ada kucing berbulu tebal melompat, “Kucing ini
gondrong. Oh yaa, kucing gondrong itu mirip
singa. Hai, tau nggak? Saya sudah pernah ke
Singapura, lho. Hebat sekali kota Singapura.
Hanya orang yang hebat saja bisa pergi ke sana.”
Orang-orang dangkal ini akan terus berbicara
tiada henti. Tak lupa dia selalu menyelipkan kata-
kata kesombongan dan membanggakan diri.
Orang-orang dangkal tiada bosan mengekspose
diri, menyebut jasa, kebaikan, dan
prestasinya . Dia selalu ingin tampak menonjol
dan mendominasi. Jika ada orang lain yang
secara wajar tampak lebih baik, hatinya teriris-iris,
tidak rela, dan sangat berharap orang itu akan
segera celaka. Inilah ilmu gelas kosong. Gelas
kosong, maunya diisi terus. Orang yang kosong
dari harga diri, inginnya minta dihargai terus. Kita
harus berhati-hati dalam berbicara. Harus kita
sadari bahwa berbicara itu dibatasi oleh etika-
etika. Hendaklah kita ada di atas rel yang benar.
Jangan sampai kita jatuh dalam apa-apa yang
Allah larang.
Satu langkah konkret untuk memulai upaya
menjaga lisan adalah dengan mulai mengurangi
jumlah kata-kata. Makin sedikit bicara, makin tipis
peluang kesalahan. Sebaliknya makin banyak
bicara, peluang tergelincir lidah semakin lebar.
Jika lidah kita telah meluncur tanpa kendali,
kehormatan kita seketika akan runtuh.
Berbahagialah bagi siapa yang bisa berkata
dengan akhlak tinggi. Selalu berkata baik. Jika
tidak, cukup diam saja!
Saudaraku, sadarilah bahwa lidah ini adalah
amanah. Tiap-tiap kata yang terucap darinya
kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah. Jadikan ucapan-ucapan kita adalah modal
untuk mengundang keridhaan Allah. Jangan
jadikan kata-kata itu sebagai sebab datangnya
murka dan kebencian-Nya.
Semoga Allah SWT membimbing lisan kita untuk
berucap mengikuti keteladanan Rasulullah saw.
Ucapan itu keluar dari lisan bagai untaian mutiara
yang sarat dengan kebenaran, berharga,
bermutu, dan membawa maslahat bagi siapa pun
yang mendengarkannya. Amin.
ISTIMEWA

Comments :

0 comments to “ciri orang berguna”

Post a Comment

 

Copyright © 2009 by nazwa-555

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger