Friday, June 17, 2011

Kesenian Tradisional Daerah Banyuwangi jawa timur

nazwa kesenian banyuwangi kesenian tradisional rakyat Banyuwangi sangat beragam . Ada Jaranan Banyuwangi , Janger , Pacul Goang , Terbang Gending , dan lain -lain . Dari sekian kesenian musik tradisional Banyuwangi itu, Patrol termasuk salah satu jenis musik tradisional yang tetap bertahan ( eksis) di tengah goncangan modernisasi . Artinya, musik patrol masih banyak diminati masyarakat ( tradisional ) , selain karena keunikan simbolisasinya ( pakaian, alat -alat musik, dll) juga karena mengusung makna filosofis yang sangat menyentuh hati . Nilai-nilai natural- filosofis kesenian tradisional ini terletak pada gaya ( style) permainan dan lantunan musiknya. Untuk itu, tulisan ini akan sedikit menggambarkan musik tradisional rakyat Banyuwangi dalam bentuk seni - musik Patrol. Dalam sejarahnya, Kesenian tradisional ( Patrol ) memiliki banyak keistimewaan dan keunikan dalam bentuk dan symbol yang diusungnya . Mulai dari symbol fisik ( seragam yang dipakai) sampai symbol non -fisik ( pesan -pesan moral ) . Salah satu keunikan itu adalah sisi naturalisme musik tradisional yang tidak terdapat pada musik -musik pop -modern. Harus diakui , kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya pada ranah agama, etnisitas , maupun budaya. Kesenian tradisional berupa musik dan tarian, juga menjadi bagian penting dalam kemajemukan tersebut . Oleh karena itu, Indonesia harus bangga dengan kekayaan budaya-seni yang dimilikinya. Kebudayaan dan kesenian itu perlu untuk selalu dilestarikan dan dijaga dari “kolonialisasi ” budaya -pop Barat. Kesenian musik Patrol memiliki kekhasan lantunan musik yang tidak dimiliki musik -musik pop masa kini. Bukan karena alat - alat musik patrol yang terbuat dari bamboo , tetapi karena bunyi yang dihasilkannya mampu menyatukan manusia ( pendengar) dengan alam semesta. Boleh dibilang, patrol adalah musik tradisional ke-alam -an. Keindahan lantunan musik patrol menawarkan sensasi -sensasi melebihi musik -musik pop -modern . Bagi para pendengarnya , patrol dapat membuat mereka seakan -akan menyatu dengan alam. Oleh karena keunikan itulah, patrol masih dilestarikan ( eksis) dalam masyarakat modern Banyuwangi .
Banyuwangi , nama kabupaten di ujung timur pulau Jawa . Nama yang mungkin bagi beberapa orang masih asing . Atau mungkin orang mengenalnya karena tragedi berdarah di tahun 1999 lalu yang menewaskan ratusan orang yang kebanyakan tak bersalah yaitu tragedi dukun santet. Bahkan tragedi ini pernah difilmkan segala . Tidak salah jika orang mengingat Banyuwangi karena tragedi tersebut . Banyuwangi sebenarnya adalah kabupaten dengan wilayah paling luas di provinsi Jawa Timur . Kabupaten ini berbatasan dengan Situbondo di utara , Jember dan Bondowoso di sebelah barat , Samudra hindia di sebelah selatan dan Selat Bali di sebelah timur . Di kabupaten ini ada pelabuhan ikan Muncar yang konon merupakan pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia .
nazwa Banyuwangi meski terletak di pulau Jawa, tapi mereka di diami oleh suku lain. Mereka menamakan diri sebagai suku Osing dan bukan bagian dari suku Jawa. Bahasa yang mereka gunakan pun bukanlah bahasa Jawa seperti umumnya orang yang tinggal di daerah Jawa Timur , Jawa tengah, Jogja . Bahasa Oseng merupakan bahasa turunan langsung dari Bahasa jawa kuno seperti halnya bahasa Bali . Memang ada beberapa kosakata dari bahasa Oseng yang mirip dengan bahasa Jawa ataupun bahasa Bali , tapi dengan arti yang berbeda . Sementara untuk budaya , Banyuwangi memiliki budaya yang berbeda dengan kebudayaan daerah lain baik Jawa ataupun Bali sebagai daerah yang bisa dibilang bersentuhan langsung dengan Banyuwangi . Banyuwangi memeliki seni budaya yang unik. Seni budaya itu antara lain Gandrung , Patrol , Seblang, Tari barong, Kuntulan , Janger , Jaranan ( Kuda Lumping ) Jedor dan Angklung Caruk ( adu angklung ) serta Kendang Kempul. Saat ini saya hanya akan membahas mengenai kesenian Kendang Kempul. Kendang kempul merupakan musik etnik yang berkembang di Banyuwangi . Lagu- lagu dari musik gandrung menjadi cikal bakal lahirnya musik kendang kempul . Beberapa seniman gandrung pertama kali menyanyikan lagu -lagu gandrung tanpa menggunakan reffrain . Lagu-lagu yang pertama kali diciptakan oleh para seniman waktu itu adalah lagu dengan judul “keriping sawi ” dan “keok- keok”. Musik ini semakin berkembang dengan lahirnya alat musik angklung sekitar tahun 1920 -an. Musik Banyuwangi berkembang semakin dinamis di tahun 1955 dengan berdirinya sanggar- sanggar kesenian yang didukung oleh LEKRA ( LEmbaga Kesenian Rakyat ) yang merupakan oraganisasi seni dibawah /underbow Partai Komunis Indonesia . Bahkan lagu “genjer -genjer” yang identik dengan gerakan PKI 1965 adalah ciptaan seniman Banyuwangi bernama Mohammad Arief yang syairnya bercerita tentang penderitaan warga sekitar saat dijajah oleh pasukan Jepang . Pada periode 1966 -1973 musik Banyuwangi sempat mati suri , karena adanya anggapan bahwa kesenian ini berbau PKI. Pada tahun 1973 musik Banyuwangi kembali muncul dan sejak itu lebih dikenal dengan nama musik Kendang Kempul. Penyebutan musik kendang kempul karena waktu itu alat musik yang menonjol saat digunakan untuk mengiring penyanyinya bernyanyi adalah alat musik kendang, Kempul dan suling . Tokoh yang kembali memperkenalkan /mempopulerkan kendang kempul adalah Sutrisno . Seiring dengan bergulirnya waktu, maka perkembangan musik kendang kempul makin pesat . Jika disekitar tahun 1990 -an para penikmat lagu Banyuwangi hanya mengenal nama Sumiati, Cahyono ( pelawak jayakarta grup) , Suliana dan Alif S sebagai penyanyi kendang kempul, maka di penghujung akhir 1990 -an mulai muncul nama- nama penyanyi baru dengan inovasi musik yang semakin memperkaya khasanah musik kendang kempul itu sendiri . Generasi 1990 -an akhir itu antara lain ada nama Niken Arisandy, Reny Farida, Adestya Mayasari, Ratna Antika, Dian Ratih dan masih banyak lagi. Sedang di jajaran pencipta lagu ada nama Hawadin, Yon ’ s DD, serta penyanyi sekaligus pencipta lagu serta pendiri grup seni kendang kempul POB ( Patrol Orchestra Banyuwangi ) Catur Arum. Bahkan penyanyi Nini Karlina sebelum jadi penyanyi dangdut dan hijrah ke Jakarta dulunya adalah penyanyi Kendang Kempul . Lagu Gelang Alit versi dangdut yang dinyanyikan oleh Ikke Nurjanah aslinya adalah lagu kendang kempul dengan judul yang sama.

Comments :

0 comments to “Kesenian Tradisional Daerah Banyuwangi jawa timur”

Post a Comment

 

Copyright © 2009 by nazwa-555

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger